Kita
sekarang berada pada zaman yang sangat modern, karena teknologi komunikasi dan
informasi sudah sangat canggih, yang menyebabkan terjadinya lompatan-lompatan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sedemikian luar biasa. Lalu
bagaimana dengan sastra?. Apakah sastra mati atau hidup?. Ternyata seiring
semakin berkembangnya zaman, sastra pun tidak ketinggalan untuk tetap hidup dan
melebarkan sayapnya. Bahkan kalau kita perhatikan, sastra berkembang dengan
sangat pesat, terbukti pada saat ini sastra semakin dinikmati, bukan hanya
sebagai penikmat dan pembacanya saja, tetapi banyak juga yang mencoba menjadi
bagian dari dunia penulisannya. Contoh kecilnya, cobalah kita tengok ke toko
buku, jika dulu nama pengarang karya sastra lainnya bisa dihitung, sekarang
yang muda pun banyak mengambil bagian. Mengambil bagian di sini artinya turut
terlibat langsung, misalnya menjadi pengarang dari karya sastra tersebut.
Sastra
itu bersifat universal (menyeluruh), yang membuat coraknya berbeda karena
faktor penulis atau pengarangnya. Setiap penulis atau pengarang memiliki ciri
khas masing-masing dalam membuat karyanya. Ada banyak macam jenis dan bentuk
dari karya sastra, salah satu yang sangat populer dan berkembang begitu
pesatnya adalah novel. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa pada saat ini
banyak muncul penulis-penulis muda yang berbakat. Mereka tidak mau kalah dengan
seniornya. Mereka ingin membuktikan bahwa masih ada yang peduli pada sastra
yang biasanya banyak orang mengatakan bahwa sastra itu membosankan.
Namun
yang saya rasakan, dalam perjalanannya sastra banyak mengalami perubahan.
Ketika dahulu karya-karya sastra baik berupa puisi, cerita pendek ataupun novel
sekalipun, penulis atau pengarang menggunakan bahasa-bahasa kiasan yang tidak
semua orang paham akan artinya. Tetapi sekarang bahasa yang digunakan oleh
penulis atau pengarangnya lebih kepada bahasa sehari-hari yang sering kita
gunakan. Sehingga semua golongan dari anak-anak sampai dewasa dapat
menikmatinya tanpa harus membacanya sampai berulang-ulang karena belum paham. Walaupun
demikian, sastra kita sekarang banyak yang mengandung unsur pendidikan yang
memang layak untuk dihadirkan.
Salah
satu contoh karya sastra berbentuk novel yang mengandung unsur pendidikan yaitu
novel karya Andrea Hirata yang berjudul laskar pelangi dan sang pemimpi yang
telah dibuat menjadi sebuah film, dimana kita pasti tahu bahwa karyanya
tersebut sarat mengandung nilai-nilai tentang pendidikan. Bahkan yang lebih
mengagumkan, penulis berbakat yang dimiliki Indonesia ini, membuat sebuah karya
baru lagi berbentuk novel yang berjudul ‘Padang Bulan’.
Novel
tersebut menceritakan perjalanan kisah Ikal dari novel-novel sebelumnya yang
salah satunya adalah perjuangan cinta pertama yang tak lekang oleh waktu. Pada
karyanya tersebut terdapat satu paragraf yang menarik untuk dibaca, yaitu “Dunia ini rupanya penuh dengan orang yang
kita inginkan, tapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya. Kurasa itulah
postulat pertama hukum keseimbangan alam. Jika kita selalu mendapatkan apa yang
kita inginkan, seseorang akan naik ke puncak bukit, lalu meniup sangsakala,
dunia kiamat”. Novel tersebut banyak memberikan inspirasi dan motivasi bagi
pembacanya. Walaupun membahas tentang hal-hal yang berbau tentang pendidikan
yang dipadukan dengan unsur percintaan, namun tetap ada humor-humor yang cerdas
dalam novel ini.
Sudah
bisa kita ambil kesimpulan bahwa sastra kita hari ini tetap hidup dan semakin
melebarkan sayapnya. Terbukti pengarang dan penulis kita sekarang menyajikannya
dengan cara yang berbeda dan lebih menarik tetapi tetap sarat akan nilai-nilai
kebaikan.***
0 komentar:
Posting Komentar