Apapun
yang kuat, pasti tidak mudah untuk ditaklukkan. Lebih tepatnya..mungkin butuh
proses, bukankah begitu?. Itu yang mungkin pernah aku dan beberapa orang
terdekatku rasakan. Ketika seseorang mempunyai rasa terhadap orang lain, baik
rasa cinta ataupun rasa marah, biasanya akan bersarang kuat dan butuh waktu
yang tidak sebentar untuk melepaskan rasa itu. Disini aku sedang tidak ingin membicarakan
rasa cinta, aku lebih tertarik membahas rasa marah dan tolong..jangan tanya
‘mengapa?’.. :)
Ketika
seseorang pernah tersakiti oleh orang lain, maka kenangan akan rasa sakit itu
akan sulit terlepas dari memori. Sehingga, ketika orang tersebut melakukan
sedikit kesalahan lagi, maka seringkali tidak mudah untuk dimaafkan kembali. Jikalau
dimaafkan, pasti rasanya berbeda seperti sebelum dia melakukan kesalahan. Entah
sadar atau tidak, pasti rasanya tidak sama seperti sebelumnya. Diibaratkan seperti
sebuah kaca, ketika kaca itu retak atau terbelah mejadi dua, mungkin masih bisa
disatukan kembali. Atau mungkin seperti tali..ketika tali terputus, masih bisa
kita sambung lagi. Hanya saja yang harus diingat, kaca dan tali tersebut tidak
bisa kembali dalam keadaan semula, pasti akan meninggalkan tanda bahwasanya
benda tersebut pernah pecah atau terputus.
Berbeda
dengan hati, hati bukan terbuat dari kaca atau tali. Hingga seharusnya, ketika
kita sudah memaafkan kesalahan orang lain, sudah tidak akan ada lubang atau
bekasnya lagi. Karena sangat berbahaya, apabila dihati ada lubang, itu bisa menyebabkan
kematian. Sungguh, aku tidak menakut-nakuti, jika ada yang tidak percaya,
mungkin bisa dikonsultasikan pada dokter atau ahlinya.:D Baiklah, kita kembali
ke topik utama, sebenarnya..apa yang melatarbelakangi bisa sampai terjadi hal
seperti itu (sulit memaafkan lagi kesalahan yang pernah orang lain lakukan)?
Mungkin jawabannya akan beragam, namun jawaban dari diriku, karena rasa itu
sudah berakar kuat dalam diri orang tersebut. Akan menjadi percuma jika sebuah
tanaman ditebang namun tidak dicabut akarnya. Ia akan tetap tumbuh subur,
sehingga jalan satu-satunya yaitu mencabut akar yang bersarang tersebut.
Sekarang..yang
jadi permasalahannya, “bagaimana cara mencabut akar yang sudah bersarang kuat
dalam hati seseorang?”. Sekalipun akar tersebut tidak akan tumbuh lagi, namun
percayalah..ia hanya akan menjadi akar yang busuk dalam hati kita, menjadi
benalu yang tidak mendatangkan manfaat. Semua dikembalikan kepada diri kita
masing-masing. Ada bermacam-macam cara yang bisa kita lakukan. Dalam lingkungan
keluarga, dalam lingkungan pendidikan agama, dalam lingkungan pendidikan formal
maupun nonformal, pasti sudah terlalu sering kita belajar teori tentang sifat
pemaaf, sabar, dan ikhlas, tinggal bagaimana saat ini kita mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, akankah
tetap dalam keadaan keras hati?. Sesuatu yang baik akan mendatangkan kebaikan,
sesuatu yang buruk akan mendatangkan keburukan. Mungkin tidak hari ini, tapi
bisa dikemudian hari.***
0 komentar:
Posting Komentar